MASJID DHIRAR
Sejak sebelum
kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir.
Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu
Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ
dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar
memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika
akhirnya Mekah ditaklukan, Abu Amir berpaling ke Romawi.
Kaisar
Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama
menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ.
Maka dengan
cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut
bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat
situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ.
Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada
malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat
shalat yang lebih dekat.
Masjid ini
telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ
berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah ﷺ
meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah,
jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana
maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai.
Namun ketika
itu Rasulullah ﷺ bersabda,
"Kami
sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang."
Sebelum
Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun
membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan
membuat orang kembali kafir.
Maka begitu
tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk
menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah.
Setelah gembira
karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan
menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
IBRAHIM WAFAT
Khadijah melahirkan
dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ
yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan
ibunya.
Setelah
Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ
meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat
memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ﷺ
kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak
berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat
menghawatirkan.
Tatkala ajal
Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena
begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil
memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf.
Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke
pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau menggigil
saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah
ﷺ bersabda,
"Ibrahim
kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah."
Air mata
Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik
nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun
Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu
tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah
Subhanahu Wa Ta'ala.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Oh
Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah
lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu
kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini."
Beliau diam
sejenak kemudian bersabda lagi,
"Air mata
boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang
telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai
Ibrahim."
Beliau
memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih
tenang dan berkata,
"Ia akan
mendapatkan inang pengasuh dari surga. "
Pada saat itu
terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi
karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ
bersabda,
"Matahari
dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian
atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan
berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat."
No comments:
Post a Comment