Thursday, August 20, 2020

MENUNTUT ILMU – KISAH ALI DAN KHAWARIJ – KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

menuntut ilmu,keutamaan ilmu


KISAH ALI DAN KHAWARIJ

Ali bin Abi Thalib merupakan sepupu sekaligus menantu Nabi   karena beliau menikahi anak Nabi bernama Fatimah Az Zahrah binti Muhammad. Ia merupakan orang yang paling awal memeluk islam dari golongan anak-anak (assabiqunal awwalun). Ali digelar dengan “كرمه الله وجهه – karramahullah wajhah”, dikarenakan beliau dari kecil terjaga dari sifat ma’siat, kesyirikan para kaumnya, kafir quraisy.

Secara singkat, kaum khawarij adalah suatu kelompok yang keluar dari golongan pengikut Ali. Dikarenakan tidak sepakat dengan keputusan Ali yang menerima tahkim dengan kelompok Muawiyah dalam perang Shiffin.

Dalam sebuah hadits, Nabi pernah bersabda :

وقال النبي ﷺ : أنا مدينة العلم و عليٌّ بابها. فمن أراد المدينة فليأت الباب.

“bersabda Nabi : aku adalah kota ilmu, sedangkan Ali adalah pintu nya. maka, barang siapa ingin memasuki kota, maka datangilah dari pintunya!”.

(Mustadrak Hakim Arab jilid 3 halaman 137 hadis nomor 4637)

 

Berangkat dari hadis di atas, ada kisah menarik tentang Ali dan khawarij.

Ketika orang-orang khawarij mendengar hadits tersebut, maka mereka dengki kepada Ali. Dan mereka bersepakat sepuluh orang dari pemuka mereka. Mereka berkata : “sesungguhnya kita akan bertanya kepada Ali tentang satu masalah saja. Dan kita lihat bagaimana ia memberi jawaban kepada kita. Maka jikalau ia menjawab setiap orang dari kita dengan jawaban yang berbeda-beda, maka kita mengetahui bahwa ia adalah orang yang ‘alim/pandai seperti apa yang disabdakan Nabi .

Lalu, datanglah sepuluh pemuka khawarij tadi kepada Ali dengan silih berganti dengan pertanyaan yang sama. Mereka bertanya : “wahai Ali, apakah ilmu itu lebih utama dari harta? Dengan dalil bagaimana?”

Maka, Ali bin Abi Thalib menjawab setiap orang dari sepuluh pemuka khawarij dengan jawaban yang berbeda. Beliau menjawab :

1.     Ilmu itu lebih utama dari harta.

Ilmu itu warisan para Nabi, sedangkah harta itu warisan Qorun, diktator, Fir’aun dan orang selain mereka.

2.     Ilmu itu lebih utama dari harta.

Ilmu itu dapat menjagamu, sedangkan harta itu kamu yang harus menjaganya.

3.     Ilmu itu lebih utama dari harta.

Pemilik harta memiliki banyak musuh, sedangkan pemilik ilmu memiliki banyak kawan.

4.     Ilmu itu lebih utama dari harta.

Apabila kamu mendaya-gunakan harta, maka sesungguhnya harta tersebut akan berkurang. Sedangkan apabila kamu mendaya-gunakan ilmu, maka ilmu tersebut akan bertambah.

5.     Ilmu itu lebih utama dari harta. 

    Pemilik harta dapat dipanggil dengan nama si bakhil atau si kikir, sedangkan pemilik ilmu dapat dipanggil dengan nama yang terhormat dan yang mulia.

6.    Ilmu itu lebih utama dari harta.

     Harta itu harus dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu itu tidak perlu dijaga dari pencuri.

7.    Ilmu itu lebih utama dari harta.

     Pemilik harta, ia akan dihisab pada hari kiamat, sedangkan pemilik ilmu, ia dapat memberi syafa’at pada hari kiamat.

8.    Ilmu itu lebih utama dari harta.

    Harta akan hilang bekasnya dengan sebab lamanya berdiam (tidak digunakan) dan dengan berlalunya waktu, sedangkan ilmu tidak akan hilang bekasnya, dan tidak akan usang.

9.     Ilmu itu lebih utama dari harta.

      Harta itu dapat mengeraskan hati, sedangkan ilmu dapat menerangi hati.

10.  Ilmu itu lebih utama dari harta.

     Pemilik harta akan dipanggil sebagai sang tuan dengan sebab harta, sedangkan pemilik ilmu akan disebut sang penghamba.

Dan lanjut Ali berkata : jikalau mereka bertanya kepada saya tentang masalah ini, pastilah saya akan menjawab dengan jawaban yang lain, selama saya masih hidup.

Datanglah mereka, sepuluh khawarij tadi kepada Ali dan mereka mengakui kepandaian Ali.

 

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Dari kisah di atas, kita dapat mengetahui beberapa manfaat ilmu bagi si pemilik ilmu. Bahkan ditegaskan oleh Ali, bahwa ilmu itu jauh lebih baik dan lebih utama dari pada harta. Menuntut ilmu itu sangat dianjurkan, karena ilmu dapat bermanfaat bagi si penuntut/pencari ilmu, baik di dunia, ataupun di akhirat. Rasulullah bersabda :

قال رسول الله ﷺ : من تعلم بابا من العلم ينتفع به فى آخرته ودنياه.  أعطاه الله خيرا له من عمر الدنيا سبعة آلاف سنة, صيام نهارها وقيام لياليها مقبولا غير مردود.

“bersabda Rasulullah : barang siapa menuntut ilmu satu bab, maka akan bermanfaat baginya di akhirta dan di dunianya. Allah akan memberikan orang itu kebaikan baginya, berupa umur di dunia selama tujuh ribu (7.000) tahun. Dimana ia berpuasa di siang harinya dan beribadah di malam harinya dalam keadaan diterima tanpa ditolak.”

 

Bagi orang yang menuntut ilmu, juga akan menjadi cahaya bagi orang-orang mukmin di dunia dan di akhirat. Rasulullah bersabda :

عن إبراهيم عن علقمة عن عبد الله رضي الله عنهم قال رسول الله ﷺ : قراءة القرآن أعمال المكفين, والصلاة أعمال الأعاجز, والصوم أعمال الفقراء, والتسبيح أعمال النساء, والصدقة أعمال الأسخياء, والتفكر أعمال الضعفاء. ألا أدلكم على أعمال الأبطال. قيل يارسول الله وما أعمال الأبطال؟ قال طلب العلم فإنه نور المؤمن فى الدنيا والآخرة.

“dari syaikh Ibrohim, dari Syaikh Alqomah, dari Abdullah ra, beliau berkata. Telah bersabda Rasullullah : membaca Al Quran adalah amal-amal ibadah orang-orang yang merasa cukup. Dan sholat adalah amal ibadah orang-orang yang merasa lemah/membutuhkan Allah. Dan puasa adalah amal orang-orang fakir. Dan ber-tasbih merupakan amal ibadah para wanita. Dan bersedekah adalah amal ibadah para dermawan. Dan tafakkur adalah amal ibadah orang-orang dhu’afa’. Dikatakan sahabat, wahai Rasulullah , apakah amal ibadah para pemenang/pahlawan? Beliau bersabda : menuntut ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya orang beriman di dunia dan di akhirat.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengilangkan kesusahan seorang muslim di dunia maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan seorang muslim maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Dan barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga. Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali para malaikat akan menaungi, ketenangan akan turun, rahmat akan menyertainya dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan mahluk yang ada di sisi-Nya, dan barangsiapa diperlambat oleh amalnya maka tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya."

(Sunan Ibn Majah, 221)

 

Oleh karenanya, dari kisah dan penjelasan di atas, ditegaskan bahwa menuntut ilmu tidak akan menyebabkan kerugian, bahkan dapat memberi keutamaan bagi si penuntut/pemilik ilmu.

 

والله أعلم.

 

Sumber : Al Mawa’izul ‘Ushfuriyah

No comments:

Post a Comment

Advertisement
Advertisement