KISAH ALI DAN KHAWARIJ
Ali bin Abi
Thalib merupakan sepupu sekaligus menantu Nabi ﷺ karena beliau menikahi anak Nabi ﷺ bernama Fatimah Az Zahrah binti Muhammad. Ia merupakan orang
yang paling awal memeluk islam dari golongan anak-anak (assabiqunal awwalun). Ali
digelar dengan “كرمه الله وجهه –
karramahullah wajhah”, dikarenakan beliau dari kecil terjaga dari sifat ma’siat,
kesyirikan para kaumnya, kafir quraisy.
Secara singkat,
kaum khawarij adalah suatu kelompok yang keluar dari golongan pengikut Ali. Dikarenakan
tidak sepakat dengan keputusan Ali yang menerima tahkim dengan kelompok
Muawiyah dalam perang Shiffin.
Dalam sebuah
hadits, Nabi ﷺ pernah bersabda :
وقال النبي ﷺ : أنا مدينة العلم و عليٌّ بابها. فمن
أراد المدينة فليأت الباب.
“bersabda
Nabi ﷺ
: aku adalah kota ilmu, sedangkan Ali adalah pintu nya. maka, barang siapa
ingin memasuki kota, maka datangilah dari pintunya!”.
(Mustadrak Hakim Arab jilid 3
halaman 137 hadis nomor 4637)
Berangkat dari hadis di atas, ada
kisah menarik tentang Ali dan khawarij.
Ketika orang-orang
khawarij mendengar hadits tersebut, maka mereka dengki kepada Ali. Dan mereka
bersepakat sepuluh orang dari pemuka mereka. Mereka berkata : “sesungguhnya
kita akan bertanya kepada Ali tentang satu masalah saja. Dan kita lihat
bagaimana ia memberi jawaban kepada kita. Maka jikalau ia menjawab setiap orang
dari kita dengan jawaban yang berbeda-beda, maka kita mengetahui bahwa ia
adalah orang yang ‘alim/pandai seperti apa yang disabdakan Nabi ﷺ.
Lalu, datanglah
sepuluh pemuka khawarij tadi kepada Ali dengan silih berganti dengan pertanyaan
yang sama. Mereka bertanya : “wahai Ali, apakah ilmu itu lebih utama dari
harta? Dengan dalil bagaimana?”
Maka, Ali bin
Abi Thalib menjawab setiap orang dari sepuluh pemuka khawarij dengan jawaban
yang berbeda. Beliau menjawab :
1. Ilmu
itu lebih utama dari harta.
Ilmu itu warisan para Nabi,
sedangkah harta itu warisan Qorun, diktator, Fir’aun dan orang selain mereka.
2. Ilmu
itu lebih utama dari harta.
Ilmu itu dapat menjagamu, sedangkan
harta itu kamu yang harus menjaganya.
3. Ilmu
itu lebih utama dari harta.
Pemilik harta memiliki banyak musuh,
sedangkan pemilik ilmu memiliki banyak kawan.
4. Ilmu
itu lebih utama dari harta.
Apabila kamu mendaya-gunakan harta,
maka sesungguhnya harta tersebut akan berkurang. Sedangkan apabila kamu
mendaya-gunakan ilmu, maka ilmu tersebut akan bertambah.
5. Ilmu itu lebih utama dari harta.
Pemilik harta dapat dipanggil dengan nama si bakhil
atau si kikir, sedangkan pemilik ilmu dapat dipanggil dengan nama yang
terhormat dan yang mulia.
6. Ilmu itu lebih utama dari harta.
Harta itu harus dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu
itu tidak perlu dijaga dari pencuri.
7. Ilmu itu lebih utama dari harta.
Pemilik harta, ia akan dihisab pada hari kiamat,
sedangkan pemilik ilmu, ia dapat memberi syafa’at pada hari kiamat.
8. Ilmu itu lebih utama dari harta.
Harta akan hilang bekasnya dengan sebab lamanya berdiam (tidak digunakan) dan dengan berlalunya waktu, sedangkan ilmu tidak akan hilang bekasnya, dan tidak akan usang.
9. Ilmu itu lebih utama dari harta.
Harta itu dapat mengeraskan hati, sedangkan ilmu
dapat menerangi hati.
10. Ilmu itu lebih utama dari harta.
Pemilik harta akan dipanggil sebagai sang tuan
dengan sebab harta, sedangkan pemilik ilmu akan disebut sang penghamba.
Dan lanjut Ali
berkata : jikalau mereka bertanya kepada saya tentang masalah ini, pastilah
saya akan menjawab dengan jawaban yang lain, selama saya masih hidup.
Datanglah mereka,
sepuluh khawarij tadi kepada Ali dan mereka mengakui kepandaian Ali.
KEUTAMAAN
MENUNTUT ILMU
Dari kisah di
atas, kita dapat mengetahui beberapa manfaat ilmu bagi si pemilik ilmu. Bahkan ditegaskan
oleh Ali, bahwa ilmu itu jauh lebih baik dan lebih utama dari pada harta. Menuntut
ilmu itu sangat dianjurkan, karena ilmu dapat bermanfaat bagi si
penuntut/pencari ilmu, baik di dunia, ataupun di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda :
قال رسول الله ﷺ : من تعلم بابا من العلم ينتفع به فى
آخرته ودنياه. أعطاه الله خيرا له من عمر الدنيا سبعة آلاف
سنة, صيام نهارها وقيام لياليها مقبولا غير مردود.
“bersabda
Rasulullah ﷺ : barang siapa menuntut ilmu satu bab, maka akan bermanfaat
baginya di akhirta dan di dunianya. Allah akan memberikan orang itu kebaikan
baginya, berupa umur di dunia selama tujuh ribu (7.000) tahun. Dimana ia
berpuasa di siang harinya dan beribadah di malam harinya dalam keadaan diterima
tanpa ditolak.”
Bagi orang yang
menuntut ilmu, juga akan menjadi cahaya bagi orang-orang mukmin di dunia dan di
akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda :
عن إبراهيم عن علقمة عن عبد الله رضي الله عنهم قال
رسول الله ﷺ : قراءة القرآن أعمال المكفين, والصلاة أعمال الأعاجز, والصوم أعمال
الفقراء, والتسبيح أعمال النساء, والصدقة أعمال الأسخياء, والتفكر أعمال الضعفاء.
ألا أدلكم على أعمال الأبطال. قيل يارسول الله وما أعمال الأبطال؟ قال طلب العلم
فإنه نور المؤمن فى الدنيا والآخرة.
“dari
syaikh Ibrohim, dari Syaikh Alqomah, dari Abdullah ra, beliau berkata. Telah bersabda
Rasullullah ﷺ : membaca Al Quran adalah amal-amal
ibadah orang-orang yang merasa cukup. Dan sholat adalah amal ibadah orang-orang
yang merasa lemah/membutuhkan Allah. Dan puasa adalah amal orang-orang fakir. Dan
ber-tasbih merupakan amal ibadah para wanita. Dan bersedekah adalah amal ibadah
para dermawan. Dan tafakkur adalah amal ibadah orang-orang dhu’afa’. Dikatakan sahabat,
wahai Rasulullah ﷺ, apakah amal ibadah para pemenang/pahlawan? Beliau bersabda :
menuntut ilmu, karena sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya orang beriman di
dunia dan di akhirat.”
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ
عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا
سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ
يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ
اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ
وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمْ
اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ
نَسَبُهُ.
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mengilangkan kesusahan
seorang muslim di dunia maka Allah akan menghilangkan kesusahannya pada hari
kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim di dunia maka Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan seorang muslim
maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang
hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Dan
barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan jalan
baginya ke surga. Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah dari
rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya kecuali para
malaikat akan menaungi, ketenangan akan turun, rahmat akan menyertainya dan
Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan mahluk yang ada di sisi-Nya, dan
barangsiapa diperlambat oleh amalnya maka tidak akan bisa dipercepat oleh
nasabnya."
(Sunan Ibn
Majah, 221)
Oleh karenanya,
dari kisah dan penjelasan di atas, ditegaskan bahwa menuntut ilmu tidak akan
menyebabkan kerugian, bahkan dapat memberi keutamaan bagi si penuntut/pemilik
ilmu.
والله أعلم.
Sumber : Al
Mawa’izul ‘Ushfuriyah
No comments:
Post a Comment