MENSYUKURI
KEMERDEKAAN
Kemerdekaan bangsa Indonesia dari rongrongan para penjajah terhadap hak dan kehormatan bangsa adalah sebuah nikmat besar yang wajib untuk disyukuri. puluhan tahun yang lalu ketika bangsa ini memproklamirkan kemerdekaannya, para pendiri bangsa telah menyatakan pengakuannya dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”. Sehingga jelas, bahwa kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan adalah berkat rahmat dan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib disyukuri. Jika diingkari, tidak menutup kemungkinan, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencabut nikmat-Nya dan menggantinya dengan niqmah (adzab). Sebaliknya, jika disyukri maka kesyukuran tersebut akan mengundang nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lebih besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ
لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
“dan
ketika Tuhanmu memaklumkan : Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(kenikmatan tersebut) kepada kalian. dan jika kalian kufur, sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih.”
(QS. Ibrahim:
7).
Mensyukuri
kemerdekaan adalah mensyukurinya dengan lisan-lisan kita, dalam bentuk kalimat
tahmid, berterima kasih dan menyebut jasa serta mendoakan para pahlawan, semoga
amalnya diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyebut jasa baik tersebut juga
menjadi bagian dari syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنِ ابْنِ
شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ عَنِ الْأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا
يَشْكُرُ النَّاسَ
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan bersyukur kepada Allah
orang yang tidak berterima kasih kepada manusia."
(Musnad Ahmad dari Al Asy'ats bin
Qais, 20845)
Mensyukuri
kemerdekaan adalah dengan mengisi masa kemerdekaan dengan amalan yang
disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam berbangsa dan bernegara, bukan
dengan mengisinya dengan kemaksiatan kepada-Nya. Dengan tegas Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah memberi arahan kepada bangsa ini bagaimana seharusnya mengisi
kemerdekaan dan mensyukuri nikmat kepemimpinan. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 41;
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
أَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُواْ بِٱلۡمَعۡرُوفِ
وَنَهَوۡاْ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۗ وَلِلَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ
”(yaitu) orang-orang yang
jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan
shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan
yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
(Al-Hajj : 41)
Kalimat ”kami
teguhkan kedudukan mereka di muka bumi” dapat berarti suatu bentuk kemerdekaan
dari penjajahan.
Akhirnya, mari
kita syukuri kemerdekaan ini dengan mempertahankan keutuhan jati diri bangsa
ini dengan nilai-nilai Islam yang tinggi dan cinta kepada negeri ini sebagai
negeri Islam. Dengan itu, insyaaAllah kita akan mampu meraih kejayaan di masa
yang akan datang dan meneruskan sejarah bangsa ini menjadi sebuah “baldatun thayyibatun
warabbun ghafuur“ yaitu sebuah negara dan bangsa yang meraih maghfirah
(ampunan), kesejahteraan dan kedamaian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala selama-lamanya.
Semoga. Wallahu a’lam.
Sumber dari:
https://wahdah.or.id/kemerdekaan-dalam-bingkai-islam/
No comments:
Post a Comment