TIGA KOREKSI PADA SURAH AL KAHFI
adapun tiga koreksi pada surah Al Kahfi adalah sebagai berikut ;
- Koreksi pada aqidah
- Koreksi atas metode berfikir
- Koreksi atas norma-norma
Salah satu dari sekian banyak yang
disunnahkan oleh Nabi Muhammad ﷺ
untuk dilaksanakan pada hari jumat adalah membaca surah Al Kahfi. Dalam hadits
Rasulullah ﷺ
bersabda ;
من قرأ سورة الكهف ليلة الجمعة أضاء له من النور فيما
بينه وبين البيت العتيق
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi
pada malam Jum'at maka ia akan diterangi oleh cahaya yang terangnya mencapai
jarak antara dirinya dan Baitul 'Atiq.”
(Sunan
Darimi dari Abu Sa’id Al Khudri, No. 3273)
Sayyid Quthb dalam tafsirnya, Fi
Zhilalil Quran, menyebutkan bahwa tema sentral surat Al Kahfi adalah pada
tiga hal yang penting sekali untuk kita pahami. Karena itu, wajar bila kita
harus membacanya setiap hari jumat. berikut adalah penjelasannya ;
1. Koreksi atas
Aqidah
Surah Al Kahfi ini diawali dan diakhiri
dengan menyoroti persoalan aqidah. Bedanya islam dengan agama lain, salah satu
persoalannya adalah pada konsep aqidahnya. Surah ini dimulai dengan ayat yang
memuji Allah yang menurunkan Al Quran yang lurus, tanpa penyimpangan dan basa-basi,
berisi peringatan akan siksa yang pedih dan kabar gembira untuk siapa saja yang
mau beriman serta beramal shaleh dengan balasan yang menyenangkan.
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ
عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا
شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ
ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا مَّٰكِثِينَ فِيهِ أَبَدٗا وَيُنذِرَ
ٱلَّذِينَ قَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗا مَّا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٖ وَلَا لِأٓبَآئِهِمۡۚ
كَبُرَتۡ كَلِمَةٗ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا
كَذِبٗا
“1. Segala puji bagi Allah yang telah
menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan
kebengkokan di dalamnya; 2. sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan
siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada
orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan
mendapat pembalasan yang baik, 3. mereka kekal di dalamnya untuk
selama-lamanya. 4. Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata:
"Allah mengambil seorang anak". 5. Mereka sekali-kali tidak mempunyai
pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya
kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu)
kecuali dusta.” (Al Kahfi : 1-5)
BACA JUGA :
- ORANG YANG DIBAKAR SEPERTI NABI IBRAHIM
- ISTIQOMAH YANG MENENANGKAN
- KRITERIA DICINTAI DAN MENCINTAI ALLAH
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ
يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ
لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا
“110.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya". (Al Kahfi : 110)
2. Koreksi atas
Metode Berfikir
Setelah memiliki aqidah yang lurus, manusia
juga harus berfikir yang benar, sehingga menghasilkan konsep dan amaliah yang
benar. Segala sesuatu yang diucapkan harus berlandaskan yang jelas dan benar.
Bukan malah sebaliknya, berdasarkan anggapan-anggapan tanpa dasar, apalagi
hanya sekedar ikut-ikutan.
وَلَبِثُواْ فِي كَهۡفِهِمۡ ثَلَٰثَ مِاْئَةٖ
سِنِينَ وَٱزۡدَادُواْ تِسۡعٗا قُلِ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثُواْۖ لَهُۥ
غَيۡبُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَبۡصِرۡ بِهِۦ وَأَسۡمِعۡۚ مَا لَهُم مِّن
دُونِهِۦ مِن وَلِيّٖ وَلَا يُشۡرِكُ فِي حُكۡمِهِۦٓ أَحَدٗا
“25.
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun (lagi). 26. Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa
lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di
langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam
pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya;
dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan"
(Al Kahfi :
25-26)
وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ وَلَئِن
رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهَا مُنقَلَبٗا
“36.
dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya
aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang
lebih baik dari pada kebun-kebun itu" (Al Kahfi : 36)
3. Koreksi atas
Norma-norma
Dalam kehidupan ini, segala sesuatu ada
tolak ukur kebenaran dan kebaikannya. Kepada manusia, khususnya kaum muslimin
diingatkan agar jangan sampai terjebak pada penilaian dan tolak ukur yang
bersifat duniawi. Allah ﷻ
berfirman ;
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةٗ لَّهَا
لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗا وَإِنَّا لَجَٰعِلُونَ مَا عَلَيۡهَا
صَعِيدٗا جُرُزًا
“7.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
8. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya
menjadi tanah rata lagi tandus.” (Al Kahfi : 7-8)
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ tidak boleh terpengaruh oleh orang-orang
kafir dengan iming-iming yang bersifat duniawi. Apalagi, hati mereka sebenarnya
dilalaikan oleh Allah SWT. Hal ini terkait dengan kemauan para pembesar Quraisy
yang menyatakan bahwa mereka mau masuk islam apabila Rasulullah ﷺ mau
mengusir sahabat-sahabt yang martabat dunianya rendah, seperti Bilal, Suhaib,
Ammar, Khabbab, Ibnu Mas’ud dan yang lain. Atau mereka ingin ada majelis
tersendiri untuk mereka. Allah ﷻ
pun berfirman ;
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ
رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ
عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ
أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ
فُرُطٗا وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ
فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمۡ
سُرَادِقُهَاۚ وَإِن يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٖ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِي
ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا
“28.
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini;
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. 29. Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan
bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi
yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek.” (Al Kahfi : 28-29)
Seorang muslim jangan sampai terpedaya oleh
kehidupan duniawi. Hal ini harus terus dilatih setiap hari dengan shalat lima
waktu, shalat setiap minggu dengan shalat jumat, setiap tahun dengan ibadah
puasa di bulan Ramadhan dan sekali seumur hidup dengan ibadah haji.
Dalam konteks ibadah shalat jumat, seorang
muslim harus meninggalkan segala urusan guna menunaikan ibadah mingguan ini,
sehingga ia tidak termasuk orang yang terlambat datang ke mesjid. Allah ﷻ
berfirman ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ
لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ
ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
“9.
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al Jumuah : 9)
والله اعلم
No comments:
Post a Comment