Sunday, June 14, 2015

JAGALAH HUBUNGAN PERSAUDARAAN MU!


MENJAGA HUBUNGAN PERSAUDARAAN



Persaudaraan adalah ikatan antara dua orang yang terjalin cinta kasih di antara keduanya. Konsekuensinya, masing-masing dituntut untuk mampu berkorban baik dengan harta maupun dengan jiwa. Keduanya juga dituntut untuk mau memaafkan kesalahan kawannya, bersikap ikhlas dan setia. Masing-masing dituntut untuk meringankan beban temannya dan tidak memaksanya untuk melakukan sesuatu. Keduanya dituntut tidak mengucapkan perkataan yang menyakitkan kawannya dan hanya berbicara tentang segala sesuatu yang dibenarkan agama.

Oleh karenanya, satu sama lain harus mampu saling amar ma’ruf dan nahi munkar. Masing-masing juga harus saling mendoakan agar selalu sukses dalam segala hal dan tetap menempuh jalan yang benar.

Banyak sekali keistimewaan hubungan persaudaraan. Hubungan persaudaraan mendorong untuk berperilaku baik dan mempersatukan antara hati yang tidak tertaut. Dengan adanya hubungan persaudaraan, hubungan di antara kedua orang yang sedang bertikai dapat diperbaiki. Allah telah menjadikan hubungan persaudaraan itu sebagai hasil dari tanaman ketakwaan. Firman Allah SWT :

يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَنفَالِۖ قُلِ ٱلۡأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِۖ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَصۡلِحُواْ ذَاتَ بَيۡنِكُمۡۖ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ 

Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman"

وَاللَّهُ اَعْلَمُ
Advertisement
Advertisement

SIKAP RAMAH MEMBAHAGIAKAN KITA


BERSIKAP RAMAH



Ramah adalah sikap bersahabat dengan orang lain dan merasa senang saat berjumpa dengan mereka. Ada lima faktor yang menyebabkan sikap ramah dapat tumbuh dalam diri kita

Pertama, Agama. Nilai kesempurnaan iman seseorang akan menumbuhkan kasih sayang dalam dirinya.

Kedua, Hubungan kekerabatan. Pada umumnya kita menyayangi kerabatnya. Kita juga selalu menunjukkan kecintaan kepada mereka. Kita juga berupaya untuk dapat mencegah segala gangguan yang ditimbulkan mereka. Rasullallah SAW bersabda : “hubungan kekerabatan itu bila dekat maka akan membuat erat dan menimbulkan rasa saling menyayangi”.

Ketiga, Hubungan perkawinan. Seseorang mencintai istrinya pasti akan mencintai setiap orang yang berhubungan kekerabatan dengan istrinya itu. Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah pernah mengatakan : “sebelumnya makhluk Allah yang paling aku benci adalah keluarga Az-zubair, lalu pada saat aku menikahi salah seorang wanita dari kalangan mereka, mereka pun menjadi makhluk Allah yang paling aku cintai”.

Keempat, Sikap Kebajikan (Al-birr). Yaitu menunjukkan sikap yang baik kepada siapa saja.

Kelima, Persaudaraan. Hal ini sebagaimana pernah dilakukan Rasullallah SAW pada saat mempersaudarakan antara Kaum Muhajirin dan Anshar. Agar ikatan persaudaraan di antara mereka menjadi kuat dan sikap saling menyayangi itu terus tertanam dalam hati mereka.

Allah SWT berfirman dalam kitabnya : 

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ 

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”

وَاللَّهُ اَعْلَمُ
Advertisement
Advertisement

ETIKA DALAM BERGAUL

ETIKA PERGAULAN
Di dalam pergaulan sangat banyak etika yang harus kita miliki. Seperti memperlihatkan wajah simpatik, ramah, mendengarkan pembicaraan teman, bersikap tenang tanpa sombong, bersikap saling memaafkan dan suka juga menolong. Dalam bergaul juga tidak dibenarkan membanggakan kedudukan dan kekayaan, karena hal itu bias saja menyebabkan dirinya hina dalam pandangan orang banyak.
Etika pergaulan yang juga penting adalah menyembunyikan rahasia. Seperti diketahui, orang yang tidak bisa menyembunyikan rahasia sama sekali tidak ada nilainya di hadapan umum.
Dalam pergaulan kita juga harus saling mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Allah SWT berfirman :
 إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ 
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaraní”
Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk selalu mempertebal iman juga sebanyak-banyaknya beramal shaleh sebagai bekal kita di akhirat walaupun di dalam pergaulan kita sehari-hari
وَاللَّهُ اَعْلَمُ
Advertisement
Advertisement

Saturday, June 13, 2015

MULIAKANLAH TETANGGA

MEMULIAKAN TETANGGA


Tetangga adalah orang yang rumahnya berada di sekitar kita berjarak hingga 40 rumah dari setiap sisi. Tetangga mempunyai terhadap diri kita, adapun itu ialah :
  1. Mendahului memberi salam dan berbuat baik kepadanya.
  2. Membalas kebaikannya bila dia lebih dahulu melakukannya kepada kita
  3. Menunaikan hak keuangan yang menjadi tanggungan kita.
  4. Menjenguknya bila ia sakit.
  5. Memberinya ucapan selamat bila ia sedang gembira
  6. Menghiburnya bila ia sedang dirundung musibah
  7. Tidak memandang dengan sengaja para istri tetangga.
  8. Menutupi kejelekan dan aibnya kecuali hal-hal tertentu.
  9. Sedapat mungkin menyingkirkan sesuatu yang mengganggunya.

Saat berhadapan dengannya, kita memperlihatkan senyum dan penghormatan kepadanya.
Nabi SAW bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.

barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangga!.

Diriwayatkan dari Aisyah r.a bahwa Nabi SAW bersabda :

Jibril senantiasa berpesan kepadaku mengenai tetangga, hingga aku mengira dia akan menetapkan tetangga sebagai salah satu ahli waris.” (HR. Bukhari)



وَاللَّهُ اَعْلَمُ
Advertisement
Advertisement

Friday, June 12, 2015

INILAI KEWAJIBAN KITA TERHADAP KERABAT


MEMENUHI HAK KERABAT


 Kerabat adalah semua orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengannya. Allah SWT telah memerintahkan kita untuk menyambung tali kekeluargaan dan melarang kita memutuskan ikatan yang mulia itu. Nabi SAW bersabda dalam hadits qudsi dengan terjemah :

 “Aku adalah Ar-Rahman, sementara ini, ini adalah Ar-Rahim. Nama-Ku merupakan asal dari kata itu. Oleh karena itu, siapa saja yang menyambungnya, aku pun menyambung hubungan dengannya. Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan, aku pun memutus hubungan dengannya”.

Dengan demikian, kita harus memerhatikan dan menunaikan hak mereka. Kita tidak dibenarkan menyakiti salah seorang di antara mereka baik dengan perkataan atau perbuatan.

Kita harus bisa bersikap  rendah hati kepada mereka. Kita harus siap menanggung sesuatu yang tidak mengenakkan dari mereka, meskipun it uterus saja dilakukan. Kita juga diminta untuk menanyakan bila ada salah seorang di antara mereka yang tidak terlihat di tengah-tengah kita dalam beberapa hari. Kita juga punya kewajiban untuk membantu mereka dalam memperoleh kebutuhan-kebutuhan mereka, tentu saja semua itu bisa dilakukan bila kita mampu.

Kewajiban kita yang lain adalah sedapat mungkin mencegah sesuatu yang membahayakan mereka.

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat mu yang terdekat!.

Dan akhirnya, bilamana mereka tidak membutuhkan sesuatu, hendaklah kita sering mengunjungi dan bersilatur rahim dengan mereka.

وَاللَّهُ اَعْلَمُ
Advertisement
Advertisement

BERBAKTILAH PADA ORANGTUA KITA

BERBAKTI PADA ORANG TUA

Orang tua kita adalah yang menjadi faktor keberadaan kita. Kalau bukan karena penderitaan yang mereka rasakan, pasti kita tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Kalau bukan karena rasa lelah mereka, pasti kita sulit mendapat kenikmatan yang sekarang kita rasakan.

Peran ibu sangat jelas. Betapa beratnya pada saat beliau mengandung dan saat melahirkan dengan susah payah. Di pihak lain, peran ayah juga tidak kalah penting pada saat orang tua laki-laki kita mencurahkan segenap kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi anaknya baik dari sisi pendidikan fisik maupun pendidikan mental.

Oleh karenanya, sebagai manusia kita wajib mengingat keberadaan kedua orang tua agar bias selalu mensyukurinya. Kita harus mematuhi perintah keduanya, kecuali memerintahkan maksiat. Kita pun tidak dibenarkan mengucapkan kata “ah….” Ketika kita disuruh. Diperintahkan juga untuk mendoakan mereka, menasehati mereka untuk tidak melakukan perbuatan munkar dan meminta keduanya untuk melakukan perbuatan kebaikan.

Allah SWT berfirman :

وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا

(Q.S. Al-Isra’ : 23-24)

 

وَاللَّهُ اَعْلَمُ


Advertisement
Advertisement

ETIKA SEORANG PELAJAR


ETIKA SEORANG PELAJAR



Seorang pelajar harus mempunyai etika baik kepada dirinya sendiri, kepada gurunya maupun kepada teman-temannya.

Banyak sifat yang diperlukan agar dia bisa beretika kepada dirinya sendiri, seperti rendah hati, jujur dan tidak bersikap sombong. Tiga sifat ini penting untuk dimiliki agar di dicintai dan dipercaya oleh orang lain. Saat berjalan, ia harus bisa menunjukkan sikap jalan yang tenang. Ia diharapkan dapat menjauhkan dirinya dari yang haram dan mampu menjaga amanah ilmu yang dimilikinya dan juga tidak menjawab secara serampangan masalah yang belum diketahuinya.

Adapun etika yang harus dimiliki terhadap guru yaitu ia tidak dibenarkan bergurau keterlaluan kepada gurunya, sehingga gurunya menganggap ia telah direndahkan. Dan tidak perlu malu menanyakan masalah kepada guru atau kepada yang lebih faham yang belum ia ketahui.

Etika yang harus dimiliki terhadap teman-temannya seperti menghormati mereka, tidak mengejek salah satu dari mereka dan tidak merasa lebih hebat dari teman-temannya yang lain. Ia juga tidak boleh merendahkan dan menghina temannya yang lambat dalam memahami pelajaran. Ia tidak boleh senang saat ada kawannya yang ditegur gurunya, karena kawannya itu melakukan kesalahan. Sikap seperti itu tidak dibenarkan, karena bisa menimbulkan kebencian dan permusuhan.

Walaupun kita seorang pelajar merasa hebat dan pintar, akan tetapi jika tinggi hati dan tidak menaruh hormat terhadap orang tua, guru dan teman-temannya, maka ilmu yang kita dapat tidak akan berkah terhadap diri kita. Sebaliknya walaupun kita lambat dalam memahami suatu ilmu dan tidak mengerti akan suatu masalah, jika kita rendah hati, jujur dan hormat terhadap orang tua, guru dan teman-teman maka ilmu yang kita peroleh akan berkah.

Berikut penulis menympaikan kisah nyata dari seorang pelajar.

Sebut saja namanya A. ia mengidap penyakit polip. Ia selalu rajin datang ke rumah gurunya untuk belajar bersama teman-temannya. Akan tetapi setiap mulai pelajaran ia selalu tertidur, dikarenakan penyakitnya. Akan tetapi, penyakitnya tidak menyebabkan ia berhenti belajar dan selalu istiqomah untuk datang ke rumah gurunya untuk belajar. Berkat do’a dari orang tua dan gurunya serta ridho Allah SWT, maka si pelajar ini dengan mengejutkan dapat memahami semua pelajaran yang diberi gurunya walaupun ia selalu tertidur ketika pelajaran.  

سُبْحَانَ الله

“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

وَاللَّهُ اَعْلَمُ

Advertisement
Advertisement

Thursday, June 4, 2015

INI DIA ETIKA SEORANG PENDIDIK

ETIKA SEORANG PENDIDIK


Seorang pendidik menjadi penunjuk jalan bagi muridnya untuk mencapai kesempurnaan ilmu dan pengetahuan. Oleh karena itu, dipersyaratkan bagi seorang pendidik untuk memiliki sifat-sifat terpuji. Bila dibandingkan dengan kejiwaan si pendidik, tentu saja kondisi kejiwaan seorang murid masih dikatakan belum stabil. 

Jika seorang pendidik memiliki sifat-sifat sempurna, maka si murid akan mengikutinya. Sebaliknya, jika pendidik memiliki sifat-sifat tercela, maka muridnya cenderung mengikutnya. Dengan kata lain “GURU DIKENAL KARENA MURIDNYA, MURID DIKENAL KARENA GURUNYA”.

Oleh karenanya, seorang pendidik harus menjadi seorang yang bertakwa, rendah hati, dan ramah tamah agar dicintai oleh murid-muridnya sampai murid-muridnya mendapat manfaat dari keberadaanya sebagai seorang yang menyuplai pengetahuan kepada anak didiknya.

Dan juga, ia harus menjadi pemaaf dan berwibawa agar menjadi teladan bagi murid-muridnya. Serta menunjukkan kasih saying supaya si murid bersemangat besar dalam menerima pelajaran yang diberikan.

Seorang pendidik juga harus bias menasehati dan mendidik murid-muridnya dengan pendidikan yang baik. Dan tidak dibenarkan mengajarkan pelajaran yang dapat menjerumuskan anak muridnya kepada kebathilan dan kemaksiatan.

خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعَهُ لِلنَّاسِ.

sebaik-baik manusia adalah dia yang memberi manfaat kepada manusia lain”.


وَاللَّهُ اَعْلَمُ
Advertisement
Advertisement

Wednesday, June 3, 2015

ADAB-ADAB DALAM BUANG AIR


9 ADAB-ADAB BUANG AIR



Di dalam islam, ada adab buang air agar kita terhindar dari penyakit jasmani maupun rohani. Adapun adab yang baik pada saat buang air adalah :

1.Ketika hendak masuk ke kamar toilet membaca do’a dan disunnahkan mendahulukan kaki kiri.

اللَّهُمَّ إِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ والْخَبَائِثِ
Artinya :
Ya Allah. Saya berlindung dengan-Mu dari segala yang mengotori jiwa dan raga”.

2.Dan jika ketika keluar dari toilet, disunnahkan mendahulukan kaki kanan sembari membaca do’a :

غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِى اَذْهَبَ عَنِّى الْاَذَى وَعَافَانِى.
Artinya :
saya mengharap ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan suatu penyakit dari diriku dan yang telah memberi kesehatan padaku”.

3.Seharusnya di tempat tertutup, Jangan buang air di tempat terbuka.

4.Jangan di tempat yang mengganggu orang lain.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasullallah SAW bersabda : “jauhilah dua macam perbuatan yang dila’nat, yaitu suka buang air besar di jalan orang banyak atau di tempat untuk berteduh”.

5.Tidak boleh buang air besar di bawah pohon yang sedang berbuah.

6.Jangan bercakap-cakap, kecuali terpaksa.

7.Jangan menghadapa kiblat atau membelakanginya.
dari Salman ra, dalam riwayat, ia berkata : “Sungguh telah melarang Rasullallah SAW kepada kami menghadap kiblat ketika buang air besar dan buang air kecil dan cebok dengan tangan kanan atau istinjak dengan batu yang kurang dari tiga buah serta istinjak dengan kotoran binatang atau tulang.

8.Jangan membawa ayat-ayat Al-Quran dan mengucapkan zikir, kecuali di dalam hati diperbolehkan.

9.Dan cebok hendaklah dengan tangan kiri. Seperti hadits di bawah ini :

عَنْ اَبِى قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ يَمَسَّنَّ اَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِيْنِهِ وَهُوَ يَبُوْلُ وَلاَيَتَمَسَّحْ مِنَ الْخَلاَءِ بِيَمِيْنِهِ وَلاَ يَتَنَفَّسْ فِى الْإِنَاءِ.

Artinya :
Dari Abi Qotadah ra. Ia berkata : Rasullallah SAW bersabda : “janganlah seseorang di antara kamu menyentuh kemaluannya di waktu buang air kecil dengan tangan kanannya dan janganlah ia bercebok dengan tangan kanannya dan janganlah bernafas di dalam bejana.
Advertisement
Advertisement

BAGAIMANA HUKUM SHALAT BERJAMAAH


APA HUKUM SHOLAT BERJAMAAH?


Shalat berjamaah adalah sholat yang dilakukan minimal 2 orang atau lebih, baik dilakukan di Mesjid, di Musholla ataupun di rumah.

Shalat berjamaah hukumnya adalah sunnah muakkad. Kecuali shalat jamaah pada shalat jumat yaitu wajib. Pahalanya 27 derajat dibandingkan dengan shalat sendirian. Ini sesuai dengan sabda Rasullallah SAW, yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim :

عن ابن عمر رضى الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة الجماعة افضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة (رواه البخارى ومسلم)

Artinya :
Dari Ibnu ‘Umar ra. Berkata : bahwa Rasullallah saw, telah bersabda : “Shalat berjamaah lebih utama pahalanya lebih utama dari pada shalat sendirian, sebanyak dua puluh tujuh (27) derajat kelebihnnya dibandingkan dengan shalat sendirian”. (H.R. Bukhari dan Muslim)


Dan dibandingkan shalat berjamaah di rumah, shalat di mesjid lebih utama jika shalat berjamaah lima waktu. Akan tetapi, jika kamu shalat sunnah, sebaiknya kita melakukannya di rumah. Seperti sabda Nabi SAW :


عَنْ زَيْدٍ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : صَلُّوْا اَيُّهَا النَّاسُ فِيْ بُيُوْتِكُمْ. فَإِنَّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِيْ بَيْتِهِ الَّا الْمَكْتُوْبَةَ. (رواه البخارى ومسلم)

Artinya :
Dari Zaid bin Tsabit ra. Bahwa Nabi SAW bersabda : “shalatlah kamu hai manusia di rumahmu masing-masing!. Sesungguhnya sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat lima waktu”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Advertisement
Advertisement

Tuesday, June 2, 2015

KEUTAMAAN SHOLAT WITIR

SALAT WITIR

Salat Witir (Arab: صلاة الوتر Sholatul witr) adalah salat sunah yang dikerjakan malam setelah waktu isya dan sebelum subuh, dengan rakaat ganjil. Salat ini dilakukan setelah salat lainnya, sepertti tarawih dan tahajjud), hal ini didasarkan pada sebuah hadits. Salat ini dimaksudkan sebagai pemungkas waktu malam untuk "mengganjili" salat-salat yang genap, karena itu, dianjurkan untuk menjadikannya akhir salat malam.
Advertisement
Advertisement

Monday, June 1, 2015

HUKUM BERHUJJAH DENGAN HADITS DHOIF / LEMAH


BAGAIMANA BERHUJJAH DENGAN HADIS DHAIF


Perlu diketahui, bahwa hadits dhoif adalah kebalikan dari hadits hasan, yaitu hadits yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat. Dan salah satu fakta yang terjadi di kalangan masyarakat adalah pengamalan hadits dhoif dilakukan tanpa pilah-pilih terlebih dahulu.

Jadi, apakah boleh berhujjah dengan hadits dhoif?

Perlu diketahui adalah berhujjah dengan hadits dhoif adalah dibenarkan, akan tetapi ada syarat-syarat hadits dhoif tersebut bisa diamalkan.

Berhujjah dengan hadits dhoif adalah dibenarkan tetapi mempunyai syarat-syarat dalam pengamalannya, yaitu:

=>Tidak boleh mengamalkan, jika masalah yang dihadapi adalah aqidah.
=>Juga tidak boleh mengambil hukum jika dalil/dasarnya adalah hadits dhoif.
=>Permasalahan yang dibicarakan dalam hadits, masih berada di dalam kawasan prinsip dasar umum atau menjadi cabang tersendiri.
=>Ketika mengamalkan hadits dhoif tersebut, tidak meyakini/merubah bahwa hadits tersebut shahih.
=>Dan ketika menyampaikan di dalam suatu majlis, maka si penyampai harus menyebutkan kedhoif-an/kelemahan hadits tersebut.

Sebagai Contoh hadits dhoif di bawah ini :

مَنْ ناَمَ بَعْدَ اْلعَصْرِ فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
“Barangsiapa yang tidur setelah ‘Ashar, lalu akalnya dicuri (hilang ingatan), maka janganlah sekali-sekali ia mencela selain dirinya sendiri.”

Hadits ini lemah dikategorikan ke dalam hadits dhoif / hadits lemah.

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di dalam kitabnya adh-Dhu’afaa’ Wa al-Majruuhiin (I:283) melalui jalur Khalid bin al-Qasim, dari al-Layts bin Sa’d, dari ‘Uqail, dari az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah secara Marfu’.

Ibnu al-Jawzi juga mengemukakan hadits ini di dalam kitabnya al-Mawdhuu’aat (III:69), ia berkata, “Tidak SHAHIH, Khalid seorang pembohong. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Lahii’ah yang mengambilnya dari Khalid lalu menisbatkannya kepada al-Layts.

Imam as-Suyuthi di dalam al-La’aali (II:150) berkata, “al-Hakim dan periwayat lainnya mengatakan, Khalid hanya menyisipkan nama al-Layts dari hadits Ibn Lahii’ah.”

Kemudian as-Suyuthi menyebutkannya dari jalur Ibn Lahii’ah, terkadang ia berkata, “Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya secara marfu’.” Terkadang ia berkata, “Dari Ibn Syihab (az-Zuhri-red), dari Anas secara marfu’.

Ibn Lahii’ah dinilai Dha’if karena hafalannya. Ia juga meriwayatkan dari jalur lain: dikeluarkan oleh Ibn ‘Adi dalam al-Kaamil (I:211); as-Sahmi di dalam Taarikh Jurjaan (53), darinya (Ibn Lahii’ah), dari ‘Uqail, dari Makhul secaa marfu’ dan mursal. Keduanya (Ibn ‘Adi dan as-Sahmi mengeluarkannya dari jalur Marwan, yang berkata, “Aku bertanya kepada al-Layts bin Sa’d – karena au pernah melihatnya tidur setelah ‘Ashar di bulan Ramadhan-, ‘Wahai Abu al-Harits! Kenapa kamu tidur setelah ‘Ashar padahal Ibn Lahii’a telah meriwayatkan hadits seperti itu kepada kita..[Marwan kemudian menyebutkan teks hadits di atas]. Maka al-Layts menjawab, “Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang berguna bagiku hanya karena hadits Ibn Lahii’ah dari ‘Uqail.!” 

Kemudian Ibn ‘Ad juga meriwayatkan dari jalur Manshur bin ‘Ammar, ia berkata, ‘Ibn Lahii’ah menceritakan kepada kami’, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya.’

Jadi, kesimpulannya ada di antara sanad hadits yang marfu’ (tertolak) sehingga hadits ini dikategorikan dhoif (lemah). Dan apakah boleh mengamalkan hadits di atas? Tentu saja boleh.

والله اعلم
Advertisement
Advertisement