Thursday, July 23, 2020

MUHASABAH

MUHASABAH

 

MUHASABAH

Inilah yang dipahami oleh 'Umar bin Khaththab r.a sehingga beliau mengatakan:

- قال عمرُ بنُ الخطَّابِ رضِي اللهُ عنه : حاسِبوا أنفسَكم قبل أن تُحاسَبوا ، وزِنوا أنفسَكم قبل أن تُوزنوا ، فإنَّه أخفُّ عليكم في الحسابِ غدًا أن تُحاسِبوا أنفسَكم اليومَ وتزيَّنوا للعَرضِ الأكبرِ ، كذا الأكبرِ { يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ }

الراوي : ثابت بن الحجاج | المحدث : ابن كثير | المصدر : مسند الفاروق

الصفحة أو الرقم: 2/618 | خلاصة حكم المحدث : مشهور وفيه انقطاع

التخريج : أخرجه أحمد في ((الزهد)) (633)، وابن أبي الدنيا في ((محاسبة النفس)) (2)

 

Hisablah diri kalian sebelum nanti kalian dihisab, dan timbanglah diri kalian sebelum nanti kalian ditimbang. Karena sesungguhnya lebih ringan bagi kalian ketika hisab nanti dengan menghisab diri kalian hari ini. Menghiasi diri dengan amal shaleh lebih besar keutamaannya. Pada hari penghisaban nanti segala amal yang dikerjakan selama didunia akan diperlihatkan, tidak ada yang tersembuyi sedikitpun. 

HR. Ahmad 633

1.      Muhasabah berasal dari akar kata hasiba-yahsabu-hisab. Artinya, 'melakukan perhitungan.' Secara istilah keagamaan, muhasabah berarti suatu upaya mengevaluasi diri sendiri atau kolektif, yakni memeriksa adanya kebaikan dan keburukan dalam segala aspek.

2.      Muhasabah adalah evaluasi diri atau bertanya kepada diri sendiri tentang amal saleh yang akan menjadi bekal dalam perhitungan (hisab) Allah SWT pada hari kiamat nanti. Muhasabah akan menyadari kebutuhan kita terhadap amal saleh. Bahwa kita sangat membutuhkan amal saleh untuk bekal di akhirat kelak.

3.      Allah SWT memerintah pada kaum beriman untuk  melakukan perhitungan lebih awal di dunia ini sebelum terjadi perhitungan yang sesungguhnya di akhirat nanti.

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(QS Al-Hasyr [59]: 18).

Ibnu Katsir lalu menafsirkan ayat “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” tersebut mengandung pengertian: perhitungkanlah diri kalian sebelum kalian diperhitungkan oleh Allah SWT di hari kiamat kelak, dan perhatikanlah amal saleh apa yang sudah kalian simpan untuk akhirat dan untuk menghadap Tuhan.”

Ada dua barometer untuk muhasabah diri yaitu,

1.  apakah  Kecintaan pada ilmu agama bertambah atau surut hingga hilang. Dari Mu’awiyah radhiallahu‘anhu, ia mengatakan, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  bersabda :

 

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik niscaya Allah akan memahamkannya terhadap agamanya.”

(HR. Bukhari: 17, Muslim: 1037)

 

2.    Shalat, Jika seorang tidak memperhatikan shalatnya tidak ada lagi yang bisa dibanggakan. Imam Hasan al Bashri mengatakan:

يَا ابْنَ آدَمَ أَيُّ شَيْءٍ يَعِزُّ عَلَيْكَ مِنْ دِيْنِكَ إِذَا هَانَتْ عَلَيْكَ صَلَاتُكَ وَأَنْتَ أَوَّلُ مَا تُسْأَلُ عَنْهَا يَوْمَ القِيَامَةِ

“Wahai anak Adam, apa yang berharga dari agamamu jika shalatmu saja tidak berharga bagimu?!  Padahal, pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepadamu pada hari kiamat nanti adalah shalatmu.”

 (Al Kabair: 28 cet. Darul Fikr)

 

Muhasabah merupakan sarana yang dapat mengantarkan seseorang untuk mencapai derajat yang tertinggi sebagai hamba Allah SWT. Ada setidaknya lima poin penting dari bermuhasabah.

1.      muhasabah adalah suatu perintah dari Allah SWT. Hal itu sesuai dengan Alquran surah al-Hasyr ayat 18. Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Dengan bermuhasabah, seorang hamba yang beriman melaksanakan perintah-Nya. Orang itu akan selalu memperhitungkan diri sendiri sebelum menilai orang lain. Apakah dirinya sudah pantas sebagai hamba Allah SWT yang baik? Apakah amalan-amalannya bernilai di sisi Allah Ta'ala? Hidup di dunia ini adalah kesempatan yang tak boleh disia-siakan untuk mengumpulkan bekal bagi perjalanan di akhirat kelak.

 

2.      Kedua, muhasabah merupakan tolok ukur keimanan. Artinya, keimanan seorang hamba Allah ditentukan oleh sejauh mana dia dapat menerapkan muhasabah dalam kehidupannya.

3.      Ketiga, muhasabah merupakan karakteristik seseorang yang bertakwa. Rasanya, tidak mungkin derajat takwa dapat dicapai oleh orang yang menghindari bermuhasabah. Dengan menghisab diri sendiri, seseorang dapat sadar diri. Pada akhirnya, dia kian termotivasi untuk meningkatkan kualitas amalan-amalan demi mendapatkan ridha-Nya.

4.      Keempat, muhasabah adalah kunci sukses manusia, baik di dunia maupun akhirat. Dengan bermuhasabah, ada dorongan dari diri sendiri untuk melakukan yang lebih baik daripada hari kemarin. Demikian pula, hari esok diproyeksikan lebih baik daripada hari ini. Generasi umat Islam yang gemar bermuhasabah tidak akan berpangku tangan alias bersantai-santai dalam menjalani kehidupan. Sebab, mereka meyakini adanya Hari Perhitungan (Yaumul Hisab), yakni ketika Allah SWT menunjukkan dan membalas setiap amal baik dan buruk, sekecil apa pun itu. Tujuan akhir kauma beriman adalah ridha Ilahi, yang ditandai dengan izin-Nya agar diri masuk ke dalam surga.

 

Apa yang ada di dalam hati kita yang paling dalam, itulah yang menguasai kita


No comments:

Post a Comment

Advertisement
Advertisement