LIMA
KEISTIMEWAAN MENJADI PENGHAFAL AL-QURAN
Al-Qur’an
merupakan masdar atau sinonim dari kata qiro’ah yang berarti bacaan,
sebagaimana tersebut dalam surat al-Qiyamah ayat 17-18 :
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
- فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Pendapat lain
mengenai pengertian al-Qur’an ini datang dari Manna’ al-Qathan yang merumuskan
pengertian al-Qur’an sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang bernilai ibadah dalam membacanya.
R. Wahidi &
M. Syukron Maksum dalam Beli Surga dengan Al-Qur’an, (Media Pressindo:
Yogyakarta, 2013), 50-53 menjelaskan lima macam keistimewaan menjadi penghafal
Al Quran.
1.
Didahulukan
Menjadi Imam Shalat
Sebagaimana
diriwayatkan oleh ibnu Mas’ud al-Ansori, bahwa Nabi SAW. Bersabda,
يَؤُمُّ الْقَوْمَ اَقْرَؤُهُمْ
لِكِتَابِ اللَّهِ
“Yang paling
berhak memimpin kamu adalah yang paling bagus bacaan al-Qur’annya diantara
kamu.” (H.R.Muslim)
Di dalam
shalat, seorang penghafal al-Qur’an mempunyai peran penting karena ia yang
lebih berhak menjadi imam diantara mereka. Seorang imam harus fasih dalam
melafalkan ayat-ayatnya, sehingga nantinya memberikan pengaruh bagi imam itu
sendiri dan makmumnya. Ketika imam membaca ayat-ayat tentang siksa ia akan
menangis karena ia menegtahui ayat yang dibaca. Ketika membaca ayat sajdah, ia
akan melakukan sujud. Hal ini tidak mungkin dilakukan bagi orang yang tidak
mengetahui ayat-ayat sajdah. Disini bukan berarti orang yang tidak hafal
al-Qur’an tidak boleh menjadi imam shalat. Namun, mereka ahli al-Qur’an lah
yang lebih utama atas mereka.
2.
Kedudukan
Penghafal al-Qur’an Berada Sesuai Akhir Ayat yang Dibaca
Nabi SAW.
bersabda,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ
وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ
عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan
kepada pemilik (penghafal-penghafal) al-Qur’an akan diperintahkan bacalah dan
bangkitlah! Bacalah sebagaimana kamu membaca di dunia! Maka sesungguhnya
kedudukanmu berada pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Ahmad)
Menurut Para
Ulama, yang dimasud ‘membaca’ di sini adalah menghafal al-Qur’an dan yang
dimaksud dengan shahib al-Qur’an adalah orang yang menghafal al-Qur’an disertai
pemahaman yang baik tentang al-Qur’an.
3.
Al-Qur’an
Memberi Syafa’at bagi Pemiliknya
Dari Abi Umamah
al-Bahily ra. Ia mengatakan pernah mendengar Nabi bersabda :
اقرءوا القرآن
فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه اقرءوا الزهراوين البقرة وسورة آل عمران
فإنهما تأتيان يوم القيامة كأنهما غمامتان أو كأنهما غيايتان أو كأنهما فرقان من
طير صواف تحاجان عن أصحابهما اقرءوا سورة البقرة فإن أخذها بركة وتركها حسرة ولا
تستطيعها البطلة قال معاوية بلغني أن البطلة السحرة. رواه مسلم (804) و البخاري
معلقا
“Bacalah
al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari qiyamat nanti sebagai
pemberi syafa’at kepada pemiliknya, bacalah az-Zahrawain (dua surat cahaya)
yakni surat al-baqarah dan ali-imran karena keduanya datang pada hari qiyamat
nanti seperti dua awan atau seperti dua cahaya sinar matahari atau seperti dua
ekor burung yang membantangkan sayapnya (bersambung satu dengan yang lainnya),
keduanya akan menjadi pembela bagi yang rajin membaca kedua surat tersebut.
Bacalah pula surat al-baqarah. Mengambil surat tersebut adalah suatu keberkahan
dan meninggalkannya akan mendapat penyesalan. Para tukang sihir tidak mungkin menghafalnya.”
(HR.Muslim)
4.
Satu
Hal Yang Manusia Boleh Hasud Kepadanya
Dari Ibnu Umar
ra. Nabi SAW. Bersabda, “Tidak diperbolehkan hasud kecuali pada dua hal:
seseorang yang diberi Allah al-Qur’an, dan menyibukkan diri siang dan malam dan
seseorang yang diberi harta, kemudian dari harta itu ia infakkan pada siang dan
malam hari.”
Pengertian
hasud secara umum adalah sikap seseorang yang mengharapkan agar nikmat yang
diterima oleh orang lain hilang padanya. Dan hukum orang yang melakukan hasud
adalah Haram. Sedangkan hasud yang dimaksud hadis di atas adalah ghibthoh,
yakni seseorang yang menginginkan untuk memperoleh kebaikan seperti apa yang
diperoleh orang lain, tanpa berkeinginan nikmat yang diterima orang lain itu
hilang darinya. Hasud yang seperti ini diperbolehkan dalam agama islam.
5.
Ibarat
Rumah yang Indah
Dari Ibnu Abbas
berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya seseorang yang didalam jiwanya
tidak ada sedikit pun dari al-Qur’an, ibarat sebuah rumah yang rusak”
Jiwa yang
kosong akan mudah dirasuki oleh syaitan. Jiwa yang selalu di isi dengan
kaliat-kalimat penyejuk berupa ayat-ayat
al-Qur’an agar hati selalu mengingatnya dan Allah pun memberikan
petunjuknya, sehingga hati menjadi tenang dan jernih.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(الرعد : ٢٨)
“(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS.ar-Ra’du :28)
Demikian
penjelasan tentang keistimewaan para penghafal Al Quran. Semoga bermanfaat.
Memahami
orang lain adalah Kebijaksanaan
Tapi
memahami diri sendiri adalah pencerahan
Dan
jalan yang paling Bahagia ketika engkau kenal siapa insan yang ada di dalam
ragamu
No comments:
Post a Comment