FENOMENA USTADZ / GURU TERIMA HONOR ?
PEMBAHASAN
Pembahasan ini
timbul karena ada salah satu jamaah yang bertanya tentang hal ini, insyaallah
kami jawab secara ringkas, baik jika di baca secara keseluruhan agar tidak
salah faham dan semoga bermanfaat.
Kali ini saya
tidak membahas hukum boleh atau tidak nya ustadz menerima sesuatu dari jama'ah
atau semisalnya. Pembahasan hukum ini telah panjang lebar di bahas oleh ulama
ulama kita dan sudah sering di sampaikan oleh ustadz ustadz kita, dan tentu
jawaban nya adalah boleh berdasarkan dalil dalil yang ada.
Kali ini yang
ingin kami sampaikan adalah tentang bagaimana selayaknya sikap kita menanggapi
fenomena "SENSITIF" sebagaimana judul pembahasan kita kali ini, yaitu
fenomena ustadz / guru terima honor??
Kita dulu
diajarkan oleh guru-guru kita bahwa berdakwah dan mengajar itu adalah kewajiban
dan tugas kita sebagai guru atau seorang muslim, jangan jadikan dakwah dan
mengajar sebagai lahan pencarian keuntungan dunia. Ketika posisi kita sebagai
ustadz, guru ataupun pendakwah, kita yakin bahwa prinsip itu lah yang di pegang
erat erat oleh seluruh ustadz, guru ataupun pendakwah.
POSISI KITA SEBAGAI ORANG AWAM
Adapun ketika
posisi kita sebagai orang awam ataupun murid, misalnya posisi kita sebagai
pengurus lembaga, sebagai pengurus masjid, ataupun sebagai jama'ah yang
mengundang ustadz untuk mengisi kajian ataupun ceramah, maka kita mesti berprasangka
baik kepada seluruh ustadz ataupun guru bahwa mereka semua ikhlas untuk
mengajarkan ilmu kepada kita, dan kita yakin bahwa mereka sama sekali tidak mencari
keuntungan dunia dari pengajaran dan dakwah yang mereka sampaikan kepada kita.
BACA JUGA :
- KEMULIAAN HARI JUMAT - PEMUDA BEKERJA KEPADA ALLAH
- UMAT YANG TIDAK DIAKUI RASULULLAH
- SEJARAH MUSHAF AL QURAN CETAK
Adapun ketika
kita memberikan SEDIKIT atau BERAPA
BANYAK pun pemberian yang kita berikan kepada mereka, jangan sesekali kita
menganggap itu adalah sebuah “GAJI/HONOR” yang kita berikan untuk guru-guru
kita, anggaplah itu sebuah ikromiyah / tanda terimakasih kita kepada guru-guru
kita, sebab mereka sudah banyak mengorbankan waktu untuk membimbing dan
mengajarkan ilmu kepada kita. Jangan kita anggap itu sebagai “GAJI/HONOR”,
sebab sebanyak apapun yang kita berikan kepada mereka, itu tidak sebanding
dengan satu huruf ilmu yang mereka ajarkan kepada kita. Saya teringat dengan kalam
syaikhuna SYAIKH MUHAMMAD NURUDDIN AL BANJARI AL MAKKY HAFIDZOHULLAH, bahwa
beliau sangat sensitif dan menghimbau kepada kita agar kita tidak sebut dan
menganggap "GAJI/HONOR" terhadap pemberian yang kita berikan kepada
ustadz ataupun guru-guru kita, karena kita tidak akan sanggup menggaji mereka
terhadap ilmu yang mereka berikan kepada kita. Dan ini di antara ADAB yang sangat
halus terhadap guru-guru kita.
Kita yakin, hampir
seluruh ustadz di dalam dakwah dan pengajaran nya menerapkan konsep berdasarkan
hadits nabi , yaitu :
عن عمر رضي الله عنه قال: كان رسول الله ﷺ يُعطيني
العطاء، فأقول: أعطه من هو أفقرُ إليه مني، فقال: خذه، إذا جاءك من هذا المال شيء وأنت
غير مشرف ولا سائل، فخذه فتموله، فإن شئت كله، وإن شئت تصدق به، وما لا، فلا تتبعه
نفسك.
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memberiku suatu pemberian lalu aku berkata
kepada Beliau: "Berikanlah kepada orang yang lebih faqir dariku".
Maka Beliau bersabda: "Ambillah. Jika telah datang kepadamu dari harta ini
sedangkan kamu bukan orang yang akan menghambur-hamburkannya dan tidak pula
meminta-mintanya, maka ambillah. Selain dari itu maka janganlah kamu menuruti
nafsumu".
(Shohih Bukhari dari Umar, No. 1380)
Kesimpulan nya
: Nabi bersabda, jika datang suatu rezki dari pemberian orang tanpa kita
harapkan dan kita minta sebelum nya, maka ambil lah pemberian tersebut.
Maka begitu lah
yang di terapkan oleh ustadz ustadz dan para da'i yang ikhlas, mereka tidak
akan meminta apapun dari jama'ah, apalagi sampai memasang tarif, para ulama dan
guru-guru kita sangat ikhlas mengajarkan kita ilmu, tapi jika mereka di beri
ikromiyah, ada di antara mereka yang menerimanya dan itu sah-sah saja dan hak
mereka, setelah itu terpulang kepada mereka apakah pemberian itu di gunakan
untuk keperluannya ataupun mereka sedekahkan kembali. Bahkan betapa banyak para
ustadz yang menyedekahkan kembali uang dari hasil pemberian jamaah.
Jika ada ustadz
yang mengajar dan mereka juga sebagai pengusaha dan punya bisnis dunia, itu
yang terbaik insyaallah, sebab mereka menjaga hati agar tidak timbul
pengharapan imbalan kepada jama'ah terhadap ilmu yang mereka sampaikan.
Lalu jika ada
ustadz yang tidak punya bisnis dunia sama sekali, bahkan waktu mereka habis
untuk mengajar dan berdakwah sehingga memang tidak ada waktu untuk memikirkan
bisnis dunia, itupun yang terbaik insyaallah, sebab semakin banyak waktu yang
mereka luangkan untuk mengajarkan kita, semakin banyak juga manfaat ilmu yang
kita dapatkan. Dan pasti mereka juga ikhlas insyaallah dan tidak mengharapkan
keduniaan dari ilmu yang mereka sampaikan. Adapun tentang keperluan dunia
mereka, Allah pasti memudahkan urusan dunia akhirat guru-guru kita yang
mengorbankan segalanya untuk urusan ilmu dan dakwah. Allah akan
mudahkan mereka melalui perantara hamba-hamba-Nya yang Allah
kehendaki.
Pembahasan kita
di atas adalah pembahasan secara umum terkait sikap kita tentang fenomena
tersebut. Ketika ada satu atau dua orang "OKNUM" guru / ustadz yang
terang terangan memasang tarif dalam dakwahnya dan secara zohir memang mengail keuntungan
dunia melalui dakwahnya, maka kita berlepas diri darinya, dan kita tetap
berhusnuddzzon kepada mereka, dan mohonkan agar Allah beri hidayah kepada
mereka, dan kita tidak boleh memukul rata dan menganggap seluruh ustadz dan pendakwah
seperti itu. karena pada dasarnya para ustadz dan guru-guru kita adalah orang
orang yang ikhlas membimbing dan mengajar kan kita insyaallah.
POSISI KITA SEBAGAI USTADZ
Ketika kita
berposisi sebagai ustadz, guru ataupun pendakwah, semoga Allah jaga keikhlasan
kita dalam mengajar dan berdakwah.
Ketika kita
berposisi sebagai murid, semoga Allah letakkan prasangka baik di hati kita
terhadap guru-guru kita.
والله اعلم
REF : ✏️_Al maidany
No comments:
Post a Comment