DUA SERUAN ALLAH
Dalam Al Quran, banyak ayat yang berisi
seruan khusus kepada orang yang beriman. Oleh karenanya menjadi amat penting
untuk kita perhatikan. Allah ﷻ
berfirman ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن
طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ
تَعۡبُدُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
(Al Baqoroh : 172)
Berdasarkan ayat di atas, ada dua seruan
Allah ﷻ untuk orang yang beriman,
yaitu sebagai berikut;
- MAKAN YANG BAIK
- BERSYUKUR
1. Makan yang
baik
Makan merupakan kebutuhan manusia yang paling utama. Namun, kita tidak
dibernarkan memakan sesuatu tanpa mempertimbangkan aspek hukumnya. Itu
sebabnya, Allah ﷻ menekankan kepada kita untuk memakan
makanan yang halal dan thayyib (baik). rezeki yang thayyib (baik) menurut Ash
shabuni dalam tafsir Ahkam adalah rezeki yang halal, maka setiap yang
dihalalkan Allah ﷻ
adalah rezeki yang baik. sebaliknya, setiap yang diharamkan Allah ﷻ
adalah rezeki yang buruk.
Makanan yang halal dan thayyib (baik) memiliki dua maksud
Pertama,
memakan makanan yang secara hukum memang telah dihalalkan seperti memakan daging sapi, kambing, kerbau, ayam dan sebagainya.
BACA JUGA :
Kedua,
memakan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal. Ini artinya, meskipun jenis yang dimakan itu halal, ia dapat menjadi haram manakala memperolehnya dengan cara yang tidak halal.
Dengan demikian, mencari rezeki di dalam
islam tidak dibolehkan dengan menghalalkan segala cara, apalagi sampai
menggunakan jalur hukum untuk menghalalkan sesuatu yang tidak halal. Allah ﷻ
berfirman ;
كُتِبَ عَلَيۡكُمۡ إِذَا حَضَرَ
أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ إِن تَرَكَ خَيۡرًا ٱلۡوَصِيَّةُ لِلۡوَٰلِدَيۡنِ
وَٱلۡأَقۡرَبِينَ بِٱلۡمَعۡرُوفِۖ حَقًّا عَلَى ٱلۡمُتَّقِينَ
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang
di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang
banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.”
(Al Baqoroh : 180)
2. Bersyukur
Bersyukur
bukanlah sekedar mengucapkan terima kasih atau hanya mengucapkan hamdalah
(Alhamdulillah) kepada Allah, tetapi lebih dari itu, harus juga dengan
memanfaatkan kenikmatan itu untuk mengabdikan diri dan beribadah kepada-Nya.
kenikmatan atas terus bertambah, baik dari segi jumlah maupun rasa, dalam arti
betapa terasa banyak kenikmatan itu meskipun sebenarnya sedikit. Allah ﷻ
berfirman ;
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ
لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".
(Ibrahim : 7)
Bersyukur kepada Allah ﷻ
dalam kapasitas sebagai Mukmin merupakan sesuatu yang sangat penting. Oleh
karena itu, syaithan dan iblis terus berupaya semaksimal mungkin agar manusia
tidak bersyukur kepada Allah ﷻ.
Tekad iblis dan syaithan untuk membentuk manusia yang tidak bersyukur dikisahkan
oleh Allah dalam Al Quran
ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ
وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ
أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ
“kemudian aku pasti akan mendatangi mereka
dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan
Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).”
(Al A’raf : 17)
والله اعلم
No comments:
Post a Comment