KALIMAH – لا اله إلا الله
Sebagai permulaan, izinkan penulis memulai dengan hadits Nabi SAW.
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول أفضل الذكر لا إله
إلا الله
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik dzikir adalah LAA
ILAAHA ILLALLAAH (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah)”
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كان آخر كلامه لا
إله إلا الله دخل الجنة
“Barangsiapa
yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) 'LAA ILAAHA ILLALLAAH' maka
ia akan masuk surga”
Berikut segelumit kisah
tentang kalimah “لا إله إلا الله” ;
Kisah Pertama
Dari Abdus Shomad bin
Mughaffal, beliau berkata “saya mendengar bahwa Wahab bin Munabbih ra
mengatakan : “saya telah membaca di bagian terakhir kitab Zabur Nabi Daud as
akan tiga puluh baris tulisan, yaitu ;
Allah berfirman : “Haid
Daud, apakah kamu tahu orang beriman manakah yang lebih dicintai oleh-Ku,
sampai aku memanjangkan usia hidupnya?”
Nabi Daud bersabda : “tidak”.
Allah berfirman : “orang
yang apabila mengucapkan “لا إله إلا الله”,
maka menggigil kulitnya dan gemetar segala persendiannya. Maka, sesungguhnya
Aku tidak menyukai kematian baginya dengan sebab hal-hal itu, sebagaimana orang
tua yang tidak menyukai kematian bagi anaknya. Akan tetapi, tidak boleh tidak,
mesti kematian terjadi terhadapnya, sesungguhnya Aku ingin menggemberikannya di
negeri yang bukan negeri dunia ini. Karena sesungguhnya kenikmatan dunia adalah
cobaan dan kemewahan dunia itu memberatkan. Dan di sana terdapat musuh yang
terus-menerus menimbulkan kerusakan bagi kalian. Musuh tersebut berjalan di
diri kalian seperti aliran darah. Karena alasan itu, Aku mempercepat para
kekasih-Ku menuju surga. Jikalau bukan karena hal itu, maka pastilah tidak akan
wafat anak Adam dan anak keturunannya, hingga ditiup sangkakala.”
….. لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا…
“mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. “
Yaitu, mereka tidak berkurang dalam merusak berbagai urusan orang-orang
beriman, sedangkan “al-khobal” memiliki arti “kerusakan”.
Kisah Kedua
Disebutkan dalam kitab majlisu tafsirul Quran karya Syeikh Al-Imam
Az-Zahid Ya’qub Al-Kisaiy “sesungguhnya imam Hazim bin Walid ra pernah sakit,
lalu datanglah seorang dokter dan kemudian memegang denyut jantung beliau. Maka
dokter itu berkata : “tidak ada di diri beliau satu penyakit pun. Akan tetapi,
kalian tanyakanlah kepada beliau tentang kondisi beliau. Karena sesungguhnya,
seseorang itu lebih mengetahui dengan perihal dirinya.”
Lalu mereka bertanya kepada Hazim, maka beliau berkata :”tidak ada
penyakit di diri saya dan sakit saya adalah rasa takut kepada Allah SWT yang
maha perkasa, yang maha Pemberi Anugerah. Dan rasa takut terhadap pembentangan
amal dan perhitungan amal. Dan rasa taku terhadap hilangnya iman dan saya
menjadi orang yang dipastikan untuk disiksa. Maka, beruntunglah bagi orang yang
ia keluar dari dunia dengan membawa iman, dan tempat kembalinya ke surga-surga.”
Kisah Ketiga
Diceritakan oleh Syaikh Abu Bakar bin Abdullah Al-Muzanniy ra, beliau
berkata : “sesungguhnya seorang raja di antara para raja adalah ia selalu
menentang kepada Tuhannya. Lalu, orang-orang islam memerangi raja tersebut dan
mereka menangkapnya dalam kondisi hidup. Lalu mereka berkata : “dengan cara
bagaimana kita akan membunuhnya, karena pembangkangan dirinya kepada Tuhannya?”.
Kemudian, sepakat pemikiran mereka untuk menempatkan raja tersebut di
dalam sebuah tempayan (tong) yang besar. Dan mereka menutup bagian atas tempayan
tersebut dan mereka menyalakan api di bawah tempayan tersebut.
Ketika tatkala raja itu telah merasakan panasnya api, maka mulailah ia
memanggil-manggil segala Tuhannya yang ia sembah : “ya latta, bebaskanlah saya!
Ya habal bebaskanlah saya! Ya uzza, bebaskanlah saya, karena segala hal yang
telah saya lakukan. Ya habal, dulu saya mengusap-usap kepalamu dan saya melayanimu
seperti ini dan itu, sekian tahun”.
Manakala ia meminta perlindungan kepada tuhan-tuhan tersebut, maka akan
bertambah panas api tersebut. Maka, ia mengerti bahwa tahun-tahun tersebut untuk
melayani tuhannya sia-sia. Ia pun berputus asa dari tuhan-tuhan tersebut.
Raja tersebut pun kembali kepada Allah SWT. dan ia berseru di dalam
tempayan tersebut : “لا إله إلا الله محمد رسول الله”. Maka,
Allah mengirimkan hujan dari langit yang turun di atas api itu, dan padamlah
api itu. dan Allah mengirim angin, lalu angin tersebut membawa terbang tempayan
tersebut ke langit. Lalu, mulailah tempayan itu melayang-layang di antara
langit dan bumi dan raja tersebut masih terus mengucap “لا إله إلا الله محمد
رسول الله”, hingga
hilanglah tempayan tersebut dari pandangan mereka.
Kemudian, angin melemparkan tempayan itu di tengah-tengah kaum yang
tidak mengenal Allah. Lalu mereka mengambil tempayan itu dan membukanya dan mengeluarkan
raja tersebut dari tempayan itu.
Berkata kaum tersebut kepada raja tersebut : “siapa kamu dan bagaimana
ceritamu?”
Raja berkata : “saya adalah raja di suatu tempat.”
Raja tersebut menceritakan kepada mereka tentang kisah dirinya dan perihal
dirinya dan kaum tersebut pun masuk islam semua.
والله أعلم